SIDANG ke-99 dewan eksekutif organisasi tertinggi dunia di bidang pariwisata (UNWTO) sepakat menegaskan budaya dan pariwisata merupakan dua bidang yang bersinergi.Keduanya sama-sama berperan dalam meningkatkan daya saing global destinasi wisata suatu negara.
“Keduanya seperti sebuah koin dengan dua sisi berbeda. Anggota UNWTO sepakat mendorong keduanya agar lebih ditingkatkan dengan memaksimalkan peran pemerintah dan sektor industri bidang pariwisata,“ papar Sekjen UNWTO Taleb Rifai kepada pers seusai penutupan Sidang Ke-99 Dewan Eksekutif UNWTO, di Samarkand, Uzbekistan, Jumat (3/10) petang.Taleb turut didampingi Ketua Sidang ke-99 Dewan Eksekutif UNWTO Sapta Nirwandar.
Menurut Taleb, budaya suatu negara bakal memberikan sesuatu yang unik pada sektor pariwisata. Budaya tidak hanya menjadi magnet untuk menarik wisatawan, tapi juga memberikan sisi lain tentang asal-muasal suatu negara dan kehidupan masyarakatnya.
“Tinggal bagaimana para anggota UNWTO ini mengemas produk budaya dan wisata itu menjadi sesuatu yang berbeda dari negara lainnya,“ tutur Taleb seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia Sidik Pramono dari Samarkand, Uzbekistan.
Sapta Nirwandar menjelaskan agar para anggota UNWTO mampu mengembangkan warisan budaya dan pariwisata menjadi sesuatu daya tarik bagi wisatawan. Itu antara lain bisa dilakukan melalui penerapan teknologi modern dan informasi yang jelas terkait dengan destinasi pariwisata itu sendiri.
“Ini tak lepas dari masalah yang masih dihadapi negara-negara anggota UNWTO yakni bagaimana mengembangkan serta memanfaatkan budaya jadi daya tarik bagi wisatawan,“ ungkap Sapta yang juga Wakil Menteri Pari wisata dan Ekonomi Kreatif RI tersebut.
Salah satu delegasi Indonesia, yakni Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Noviendi Makalam, menambahkan sikap UNWTO tersebut menegaskan pariwisata tidak merusak budaya ataupun mengomersialisasikan budaya suatu negara.
`'Sebaliknya, konten budaya itu mementingkan autentikasi suatu bangsa. Dapat dibayangkan jika suatu negara tidak punya produk budaya berbeda dengan negara lain. Budaya memberikan warna sendiri pada destinasi pariwisata suatu negara.'' (H-3) Media Indonesia, 6/10/2014, hal : 14